Mengusahakan sesuatu memang butuh perjuangan, mustahil jika seseorang menceritakan perjuangannya untuk meraih sesuatu secara mulus bagai ibarat membalikkan telapak tangan mengedipkan mata atau ngeluarin poop saat kami mencret alias ngalir aja. Sorry sorry, artinya tak semudah itu juga, paling tidak terselip sedikit perjuangan walaupun kecil, sekecil ketiak semut. Termasuk memperjuangin kamu, iya kamu hahahahahahaha.
Dalam dunia pendidikan kata perjuangan memang tak asing lagi sih, setiap hari kita dihadapkan pada bentuk hal yang mengharuskan kita untuk berjuang, dengan konsekuensi. Tak terkecuali ketika kita sudah menjadi seorang mahasiswa yang kata kakak kelas yang udah kuliah ketika saya SMA dulu, " kuliah itu enak dek, bisa pakai baju bebas, masuknya bukan jam 07:00 satu hari cuman belajar 2 kali mata kuliah pulang cepet, bebas gondrongin rambut, warnai rambut yah pokoknya bebas deh" itu sih katanya. Bener? Ya bener sih nggak ada salahnya juga. Tapi dibalik semua itu, ada yang namanya dosen killer, yang mempersulit kita saat kuliah tak terkecuali dengan skripsi.
Sebagai sebuah syarat kelulusan ya sebagai mahasiswa yang pengen tamat dan mendapat gelar kesarjanaannya ya mau nggak mau sebagai mahasiswa kita harus memenuhi itu.
Tapi terkadang kebanyakan dari para mahasiswa tak mau ribet dan ambil pusing, dan mencoba untuk mengambil jalan yang melenceng. Membeli skripsi jadi pilihan yang mereka anggap tepat untuk menyelesaikan perkuliahannya, ya nggak salah sih dan nggak bisa dibilang bener juga.
Disinilah hakikat menghargai sebuah ilmu itu dimulai, menghargai sesuatu yang sejatinya tak dapat di uangkan, walaupun mungkin bersifat jasa. Mereka mengatakan membayar uang untuk jasa pembuatan skripsi, begitu katanya. Yah benar, dalam hal ini terdapat dua bentuk kesopanan dan moril yang harus kita akui memang ada kebenerannya.
Dilihat dari cara mereka melakukan nya. Ya bisa kita anggap hal itu sah-sah saja, karena semua merupakan hak dari setiap orang, toh juga mereka menghargai skripsi tersebut dengan uang. Apa salahnya, berarti mereka menghargai ilmu.
Tapi......
Secara moril dan etiket itu adalah hal yang salah, dan sangat salah. Ilmu itu nggak bisa kita hargai dan kita nilai dengan materil termasuk uang, butuh perjuangan untuk mendapatkan ilmu tersebut. Dan tak sebanding dengan harga yang diberikan.
Dengan kita terus belajar, mengembangkan sebuah ilmu, mempelajari ilmu baru, melestarikan ilmu, dan berbagi ilmu lewat tulisan termasuk blog seperti saya, adalah hal yang tepat untuk menggambarkan bahwa kamu menghargai sebuah ilmu.
Ilmu tak dapat di uangkan, sekalipun kamu mencoba menuangkannya.